Gerak Pada Makhluk Hidup


Mahluk hidup mempunyai kepekaan rangsang dan mampu bereaksi terhadap rangsang. Sifat ini dikenal dengan irritabilitas. Iritabilitas pada tumbuhan disebabkan karena adanya bagian dinding sel yang tidak mengalami penebalan. Pada bagian ini terdapat suatu celah yang disebut noktah yang menghubungkan sel satu dengan yang lain. Melalui noktah tetjadi hubungan antara sel satu dengan lainnya oleh penjuluran-penjuluran protoplasma atau benang-benang plasma yang disebut plasmodesmata (F Harahap, 2012).

Menurut I Wayan Wiraatmaja (2017), berdasarkan sumber rangsangan, gerak pada tumbuhan dibedakan menjadi dua macam,yaitu endonom dan etionom.

Menurut F Harahap (2012).  Gerak  endonom  adalah  gerak  tumbuhan  yang  disebabkan  oleh rangsangan  atau  faktor-faktor  yang  berasal  dari  dalam  tumbuhan  itu sendiri. 

  1. Nutasi adalah gerak spontan dari tumbuhan yang tidak disebabkan adanya rangsangan dari luar.
  2. Higroskopis adalah gerak  bagian  tumbuhan  yang  terjadi  karena  adanya  perubahan kadar air pada tumbuhan secara terus menerus, akibatnya kondisi menjadi sangat  kering  pada  kulit  buah  atau  kotakspora  sehingga  kulit  biji  atau kotak spora pecah.

Menurut I Wayan Wiraatmaja (2017), gerak etionom dapat dibedakan menjadi: gerak tropisme, gerak nasti dan gerak taksis

1. Tropisme

Gerak tropisme adalah gerak bagian tumbuhan yang arah geraknya  dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan. Tropisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu trope, yang berarti membelok. Bila gerakannya mendekati arah  rangsangan disebut tropisme positif sedangkan jika gerak responnya menjauhi arah datangnya rangsangan disebut tropisme negative (F Harahap, 2012).  

Menurut I Wayan Wiraatmaja (2017), gerak tropisme dapat dibedakan menjadi: 

  • Fototropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena rangsangan cahaya. Gerak bagian tumbuhan yang menuju ke arah cahaya disebut fototropisme positif.
  • Geotropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena pengaruh gravitasi bumi. Jika arah geraknya menuju rangsang disebut geotropisme positif, misalnya gerakan akar menuju tanah. Jika arah geraknya menjauhi rangsang disebut geotropisme negatif, misalnya gerak tumbuh batang menjauhi tanah.
  • Hidrotropisme adalah gerak bagian tumbl,lhan karena rangsangan air. Jika gerakan itu mendekati air maka disebut hidrotropisme positif. Misalnya, akar tanaman tumbuh bergerak menuju ternpat yang banyak airnya di tanah. Jika tanaman tumbuh menjauhi air disebut hidrotropisme negatif. Misal gerak pucuk batang tumbuhan yang tumbuh ke atas air.
  • Kemotropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena rangsangan zat kimia. Jika gerakannya mendekati zat kimia tertentu disebut kemotropisme posistif. Misalnya gerak akar menuju zat di dalam tanah. Jika gerakannya menjauhi zat kimia tertentu disebut kemotropisme negatif. Contohnya gerak akar menjauhi racun. 
  • Tigmotropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena adanya rangsangan sentuhan satu sisi atau persinggungan. Contoh: gerak membelit ujung batang atau sulur dari cucurbitaceae dan, passiflora. Contoh tanaman yang bersulur adalah ercis, anggur, markisa, semangka dan mentimun.

 2. Nasti
Gerak nasti adalah gerak bagian tumbuhan yang dipengaruhi oleh rangsangan. Namun arahnya tidak dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan. Kata nasti  berasal dari bahasa Yunani, yaitu nastos yang berarti dipaksa mendekat. Oleh karena itu, arah gerak dari bagian tubuh tumbuhan yang melakukan gerak nasti ditentukan oleh tumbuhan itu sendiri (F Harahap, 2012).  Menurut I Wayan Wiraatmaja (2017), gerak nasti dapat dibedakan menjadi:
  • Fotonasti merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh rangsangan cahaya. Misalnya, gerakan mekamya bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) di sore har
  • Niktinasti merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh suasana gelap, sehingga disebut juga gerak tidur. Misalnya, pada malam hari daun-daun tumbuhan polong-polongan akan menutup dan akan membuka keesokan harinya ketika matahari terbit
  • Tigmonasti merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh rangsang sentuhan atau getaran. Contoh gerak menutupnya daun putri malu (Mimosa pudica) jika disentuh. Jika hanya satu anak daun dirangsang dengan sentuhan, rangsangan itu diteruskan ke seluruh tubuh tumbuhan sehingga anak daun lain ikut mengatup.
  • Termonasti merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh rangsangan suhu, seperti mekarnya bunga tulip. Bunga-bunga tersebut mekar jika mendadak mengalami kenaikan suhu dan akan menutup kembali jika suhu turun.
  • Haptonasti merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh sentuhan serangga. Contohnya pada tumbuhan Dionaea (sejenis tumbuhan perangkap lalat). Bila ada lalat yang menyentuh bagian dalam daun, daun akan segera menutup sehingga lalat akan terperangkap di antara kedua belahan daun.
3. Taksis
Taksis adalah gerak seluruh atau bagian tubuh tumbuhan yang berpindah tempat dan arah perpindahannya dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan. (F Harahap, 2012). Menurut I Wayan Wiraatmaja (2017), gerak taksis dapat dibedakan menjadi:
    • Kemotaksis merupakan gerak taksis yang disebabkan oleh rangsangan zat kimia. Contohnya: gerak garnet jantan berflagela (spermatozoid) yang dihasilkan oleh anteridium lumut ke arah garnet betina (sel telur) di dalam arkegonium. Spermatozoid bergerak karena tertarik oleh sukrosa atau asam malat. Pergerakan ini terjadi karena adanya zat kimia pada sel garnet betina.
    • Fototaksis merupakan gerak taksis yang disebabkan oleh rangsangan berupa cahaya. Contohnya pada ganggang hijau yang langsung menuju cahaya yang intensitasnya sedang. 
Cacing tanah merupakan salah satu organisme yang tidak memiliki alat indera dan alat gerak, sehingga stimulus yang datang akan diterima oleh reseptor sensorik yang tersebar di seluruh tubuhnya. Reseptor yang tersebar ini menyebabkan cacing tanah sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. 

Pada bagian anterior terdapat ganglion cerebral, dan berbagai macam saraf penting lainnya, sehingga sensitivitasnya pun lebih tinggi jika dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya (Cronodon, 2017).

Respon terhadap perubahan kondisi lingkungan diwujudkan dalam perilaku taksis, dimana cacing tanah akan menuju arah datangnya stimulus yang dapat mempertahankan kesintasannya dan menjauhi stimulus yang dianggap  berbahaya.

Kondisi tanah yang optimum bagi pertumbuhan cacing tanah ialah memiliki tata udara yang  baik, hangat dengan suhu berkisar 21̊C, memiliki banyak kandungan organik, memiliki kadar garam yang rendah, dan pH tanahnya antara 5,0-8,4 (Firmansyah et al., 2014).

Terdapat 3 tipe organ sensorik pada cacing tanah yaitu reseptor epidermal, reseptor pada ronggamulut (buccal), dan reseptor cahaya (Susilowati dan Rahayu, 2007). Reseptor epidermal dan reseptor buccal merupakan organ yang merespon stimulus kimiawi. Reseptor epidermal terdistribusi pada bagian epidermis, terutama pada sisi lateral dan pemukaan ventral tubuh. Sedangkan reseptor buccal terletak dirongga mulut, organ ini berfungsi untuk merespon stimulus kimia yang berasal dari makanan (Susilowati dan Rahayu, 2007).

Menurut Hart (2006), keberadaan zat kimia seperti garam dapat mengganggu tekanan osmosis pada cacing tanah, ketika cacing berada di tempat yang mengandung zat kimia, maka konsentrasi air di dalam tubuhnya akan lebih tinggi dibandingkan dengan tempat tersebut, sehingga cairan dari dalam tubuh cacing dapat keluar dan kelangsungan hidup cacing dapat terancam. Untuk menghindari hal itu, cacing memiliki respon kemotaksis negative sehingga cacing akan cenderung menuju daerah yang normal.





Daftar Pustaka 

Cronodon. 2017. Earthworm- Nervous System. Diakses melalui http://cronodon.com/BioTech/Earthworm_NS.html  pada tanggal 10 Februari 2019 pukul 15:45 WIB.

F Harahap. 2012. Gerak Pada Tumbuhan. Diakses melalui digilib.unimed.ac.id/1641/5/Bab%20V.pdf pada tanggal 9 Februari 2019 pukul 14.50 WIB.

Firmansyah, M. A., Suparman, Harmini, Wigena, I. G. P., & Subowo. 2014. Karakterisasi Populasi dan Potensi Cacing Tanah untuk Pakan Ternak dari Tepi Sungai Kahayan dan Barito.  Berita Biologi, 13 (3) : 333-341.

Hart. 2006. Wormbook The C. Elegans Research Comunnity. Diakses melalui http://www.wormbook.org/chapters/www_behavior pada tanggal 10 Februari 2019  pukul 16.15 WIB.

I Wayan Wiraatmaja. 2017. Gerak Pada Tumbuhan. Diakses melalui https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/076946a29d877c34102d1b9719bc250c.pdf pada tanggal 9 Februari 2019 pukul 14.20 WIB.

Susilowati, Rahayu Sofia Ery. 2007. Petunjuk Kegiatan Praktikum Tingkah Laku Hewan. Malang: FMIPA UM.



Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Postingan Populer

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.