Perkembangan teknologi dan
informasi memicu penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) seperti pengawet,
penyedap, pewarna dan bahkan pengawet. Bahan tambahan makanan adalah bahan yang
ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan dalam jumlah kecil dengan tujuan
untuk memperbaiki penampakan, citarasa, tekstur, meningkatkan nilai gizi serta memperpanjang
daya simpan (Dhimas, 2010).
Boraks merupakan suatu bahan
kimia berbentuk kristal berwarna putih dengan rumus kimia Na2B4O7.10H2O.
Boraks digunakan pada inndustri kaca, porselin, alat pembersih, bahan
pestisida, dan bahan pengawet lainnya. Pada beberapa penelitian boraks telah
digunakan sebagai bahan tambahan pada makanan seperti bakso, mie, lontong,
kerupuk, dan tahu. Penambahan boraks bertujuan untuk memberikan tekstur padat,
meningkatkan kekenyalan, kerenyahan, dan memberikan rasa gurih serta bersifat
tahan lama terutama pada makanan yang mengandung pati (Nur Rohimah Fuad, 2014:
1).
Kunyit merupakan tanaman
asli Indonesia yang memiliki banyak manfaat seperti: sebagai bahan dapur,
pewarna alami pada makanan, kosmetik dan sebagai obat keluarga (Wasito, Hendri,
2011:72-73). Senyawa yang berperan penting pada kunyit adalah kurkumin. Kurumin
dapat berikatan dengan asam borat yang kemudian akan membentuk komponen
rososianin berwarna merah sehingga dapat digunakan sebaai uji deteki boraks
(Halim, Azhar Abdul, 2012: 583-588).
Formalin adalah larutan yang
tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Formalin mengandung sekitar 37%
formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol hingga 15% sebagai pengawet.
Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan
dalam industri. Nama lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde,
Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform,
Superlysoform, Formaldehyde, dan Formalith (Astawan, M., 2006).
Kalium Permanganat atau KMnO4
dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kandungan formalin pada makanan.
Kandungan formalin apabila diuji dengan sebuah larutan penguji KMNO4 akan
mengalami perubahan warna menjadi ungu muda yang hampir tidak terlihat dan
mengandung endapan berwarna merah muda pada tahu (Kuntum Khaira, 2013: 76-77).
Pewarna makanan merupakan
bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki penampilan makanan agar menarik,
menyegarkan, menyeragamkan dan menstabilkan warna, serta menutupi perubahan
warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan (Cahyadi, 2009).
Bahan pewarna alami akan
berubah warna apabila ditambah dengan larutan basa taupun asam. Contohnya
kunyit apabila ditetes sabun akan berubah warna. Uji pewarna dapat dilakukan dengan
menggunakan pewarna alami misalnya kunyit dan buah bit yang memiliki sifat sebagai
indicator asam dan basa. Kunyit mengandung zat warna kurkumin, dimana kurkumin dalam
media asam akan berwarna kuning merah sedangkan dimedia basa akan berwana merah
kecoklatan. Kurkumin jika tercampur bahan yang mengandung alkali, warnanya
berubah menjadi coklat dan merah dan jika tercampur asam,warnanya menjadi kuning
muda (Sutrisno Koswara, 2009:20).
Pewarna buatan untuk makanan
doperoleh melalui proses sintesis kimia buatan yang mengandalkan bahan-bahan
kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui ekstrak secara
kimiawi. Beberapa contoh pewarna buatan adalah tartazine untuk warna kuning,
allura red untuk wrna merah, dan sebagainya. Kelebihan pewarna buatan adalah
dapat menghasilkan warna lebih kuat meskipun jumlah pewarna yang digunakan
hanya sedikit. Selain itu, walaupun telah mengalami proses pengolahan dan
pemanasan, warna yang dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap cerah (Cahyadi.
2009).
A. DAFTAR PUSTAKA
Astawan, Made. 2006. Mengenal Formalin dan Bahayanya. Jakarta
: Penebar Swadaya.
Cahyadi. 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan
Pangan Cetakan II. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Halim, Azhar Abdu. 2012. Boron Removal from Aqueous Solution Using
Curcumin-Aided Electrocoagulation. Middle-East Journal of Scientific
Research 11(5).
Kuntum Khaira. 2013. Pemeriksaan Formalin pada Tahu yang Beredar
di Pasar Batusangkar Menggunakan Kalium Pemanganat (KMnO4) dan Kulit Buah Naga.
Diunduh dari http://ecampus.iainbatusangkar.ac.id pada 2 Meret 2019 pukul 15.00
WIB.
Sutrisno Koswara. 2009. Pengolahan Aneka Kerupuk. eBook Pangan.
Wasito, Hedri. 2011. Obat Tradisional Kekyaan Indonesia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wijaya, D. 2011. Waspadai
Zat Aditif dalam Makananmu. Yogyakarta: Bukubiru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar